Hari sudah beranjak petang, pukul 16.35 saya menerima pesan dari seorang kerabat, tante Nia namanya. Yah, ajakan ke Padende, konon katanya disana ada dua pohon Durian yang siap untuk di lahap. 😀
Siapa yang tidak menolak ajakan ini. +/- pkl 16.55 kami bertiga, saya sendiri, tante Nia dan om Teguh berangkat. Untunglah, cuaca sore itu bersahabat. Jalanan basah karena hujan menambah segarnya hijau pegunungan sore itu.
Padende adalah sebuah tempat (kurang tahu desa/apa) yang terletak diwilayah kabupaten Bima. Yang dibagi menjadi bebrapa dusun. Letaknya cukup jauh dari jalan raya utama, bagi kalian yang mau kesana, dari Dompu menuju perbatasan Bima-Dompu, belok kiri saja dan ikuti jalan tersebut sampai ujung :D. Tempat ini cukup tinggi, yah beberapa ratus MDPL-lah. Oleh karenanya, tempat ini cukup dingin. Masyarakat sekitar memanfaatkan tenaga sang surya untuk listriknya, karena aliran listrik dari pemerintah belum mengalir. (unik yak…)
Baiklah, kembali diperjalanan menuju Padende. Dari Dompu menuju tempat ini jalannya menanjak guys, tentu saja pulangnya menurun. Sepanjang perjalanan kalian bakal temuin beberapa kebun Jati, Jagung, dll. Hmm, lebar jalannya kira-kira 3-4 meter dan sudah diaspal. (lumayanlah).
Singkat cerita kamipun sampai di dua pohon Durian ini berpijak, dimana hanya ada satu rumah dan satu gudang (entahlah itu gudang apa) yang ada disitu, karena kebetulan tempat Durian tersebut jauh dari pemukiman warga. Namun sayang 1001 sayang, yang empunya Durian tidak ada ditempat. Sangat disayangkan guys, padahal tujuan utama kami ini dan kami sudah menyiapkan ancang-ancang untuk melahan Durian ini. (kecewa kamikecewa~). Apa boleh buat, kami hanya bisa mendongak keatas pohon dan membayangkan betapa nikmatnya Durian ini. Hmmm~ Hungry..!!!
Baiklah, dengan sedikit kekecewaan kami meninggalkan tempat Durian tersebut berpijak dan melanjutkan perjalanan menuju “Uma Lengge” agar perjalanan ini tidak terkesan nihil/sia-sia, kebetulan saya juga belum pernah kemari, dan dengan baik hatinya kedua kerabat ini mengajak saya kemari.. 
Singkat cerita lagi, kamipun tiba di “Uma Lengge” (pengertiannya ada, tapi saya malas nulis, GOOGLING sajalah). :p
Yah, sebuah rumah kecil, yang ada bagian atas dan bawahnya (+/- itu deskripsinya), haha. Konon ini “Uma Lengge” dibuat oleh orang bali. Uma ini sepertinya berguna buat duduk, kumpul bersama tetangga untuk membicarakan/mendiskusikan sesuatu. Dan pada akhirnya kanera dikeluarkan untuk mengambil sekedar 1 atau 2 foto. Cukup lama kami memandang Uma ini, karena hari yang mulai gelap hingga kami memutuskan untuk kembali pulang.

baiklah ini dia uma lenggenya

"uma lengge"

Wah~ ada Matahari terbenam dan itu keren! Dad diluar dugaan kami, entah karena licinnya jalan pada saat itu, ban motor sedikit tergelincir hingga kamipun terjatuh.  untungnya tidak apa-apa. *Alhamdulillah~
Ya,, gara-gara pesona sunset diufuk barat, saya dan tante Nia terjatuh dari motor (ma’af ya tan~). Untungnya tidak ada yang cedera baik kami maupun motor. 
Next, lanjut perjalanan pulang, rasanya saying kalau pesona sunset ini tidak diabadikan. Finally, kami berlabuh pada sebuah bukit kecil dan hendak meningglkan jejak foto. Kerenlah~ backgroundnya sunset, modelnyapun bukan model biasa, yang foto juga~ 😀
Dan pulang~
Sebelum kembali langsung kerumah, “kecamatan tengah” rasanya tak bisa lagi berkompromi. Dan kembali dengan baik hatinya tnate Nia mengajak kami makan di salah satu rumah makan di Dompu. Hingga akhirnya saya sampai di rumah dengan selamat pkl 20.00.
Terimakasih bayarannya tante (tenang~ tante pasti bayar) dan terima kasih foto-fotonya om Teguh (tenang~ om pasti foto). Haha~

dan ini beberapa foto diatas bukit itu:

With Tania.. 🙂

Nice silhouette

silhouette